Bandung Kota Kembang

Jumat, 19 Agustus 2011

SEJARAH BANDUNG LAUTAN YANG BERAPI




Mar 27, '08 9:25 PM
untuk semuanya
r
Surat Kabar De Waarheid sebagaimana dikutif Soeara Merdeka Bandung (Juli 1946) memberitahukan bahwa di Downingstreer 10. London, pada awal tahun 1946, Inggris menjanjikan penarikan pasukannya dari Jawa Barat dan menyerahlan Jawa Barat kepada Belanda, yang selanjutnya akan menggunakan sebagai basis militer untuk menghadapi Republik Indonesia.

Kesepakatn dua sekutu Inggris dan NICA (Nederlands Indie Civil Administration) Belanda itu memunculkan perlawanan heroic dari masyarakat dan pemuda pejuang di Bandung, ketika tentara Inggris dan NICA melakukan serangan militer ke Bandung. Tentara sekutu berusaha untuk menguasai Bandung, meskipun harus melanggar hasil perundingan dengan Republik Indonesia.

Agresi militer Inggris dan NICA Belanda pun memicu tindakan pembumihangusan kota oleh para pejuang dan masyarakat Bandung. 
Warga Bandung cinta kotanya yang indah, tetapi lebih cinta kemerdekaan….
Sekarang Bandung telah menjadi lautan api …………………………..
Mari, Bung … Bangun … Kembali ……


Tentara Sekutu dan NICA Belanda, yang menguasai wilayah Bandung Utara (wilayah di utara jalan kereta api yang membelah kota Bandung dari timur ke baratt), memberikan ultimatum (23` Maret 1946) supaya Tentara Republik Indonesia (TRI) mundur sejauh 11 km dari pusat kota (wilayah di selatan jalan kereta api dikuasai TRI) paling lambat pada tengah malam tanggal 24 Maret 1946. Tuntutan itu disetujui Pemerintah Republik Indonesia di Jakarta, padahal Markas Besar di Yogyakarta telah memerintahkan TRI untuk mempertahankan setiap jengkal tanah Bandung. TRI dan masyarakat Bandung memutuskan untuk mundur ke selatan, tetapi sambil membumihanguskan Kota Bandung agar pihak musuh tidak dapat memanfaatkannya.

Pada siang tanggal 24 Maret 1946, TRI dan masyarakat mulai mengosongkan Bandung Selatan dan mengungsi ke selatan kota. Pembakaran diawali pada pukul 21.00 di Indisch Restaurant di utara Alun-alun (BRI Tower sekarang). Para pejuan dan masyarakat membakari bangunan penting di sekitar jalan kerata api dari Ujung Berung hingga Cimahi. Bersamaan dengan itu, TRI melakukan serangan ke wilayah utara sebagai “upacara” pengunduran diri dari Bandung, yang diiringi kobaran api sepanjang 12 km dari timur ke barat Bandung membara bak lautan api dan langit memerah mengobarkan semangat juang. Tekad untuk merebut kembali Bandung muncul di dalam hati setiap pejuang.

Sejarah heroic itu tercatat dalam sejarah bangsa Indonesia sebagai peristiwa Bandung Lautan Api (BLA). Lagu Halo-halo Bandung ciptaan Ismail Marzuki menjadi lagi perjuangan pada saat itu. Akhirnya, NICA Belanda berhasil menguasai Jawa Barat sepenuhnya melalui Perjanjian Renville (17 Januari 1948) yang menekan Pemerintah Republik Indonesia untuk mengosongkan Jawa barat dari seluruh pasukan tentara Indonesia, menyusul kegagalan agresi militer 20 Juli – 4 Agustus 1947. NICA melanggar`gencatan senjata dan terus menggempur basis pertahanan tentara Indonesia hingga Januari 1948. Pasukan Indonesia (Divisi Sliwangi) terpaksa hijrah ke Jawa Tengah pada`tanggal 1 – 22 Pebruari 1948.

Semenjak Jepang menyerah kepada Sekutu pada Perang Pasifik yang berlanjut dengan berkumandangnya proklamasi Republik Indonesia tentara Jepang di berbagai kota di Indonesia mulai dilucuti dan meninggalkan kota. Tentara Sekutu sebagai pemenang perang pun hadir dengan puluhan ribu tentara untuk mengawasi dan melucuti tentara Jepang di berbagai kota terutama Jakarta, Semarang dan Surabaya dengan yang dipimpin oleh tentara Inggris, dikomandoi Gubernur Jendral Mallaby.
Hadirnya Sekutu ternyata diboncengi oleh Netherlands Indische Civil Administration (NICA) yang masih ingin menguasai sebuah negara yang baru merdeka. Perang Revolusi Indonesia pun terjadi dengan semangat yang jauh lebih besar sebagai bangsa yang merdeka. Kota Surabaya menjadi pemicu perlawanan terhadap Sekutu dan NICA. 10 November 1945, tentara dan rakyat Indonesia bertempur habis-habisan mempertahankan kota hingga satu bulan lebih. Peristiwa tersebut kita kenang sebagai Hari Pahlawan.
Semarang pun tak luput dari usaha pendudukan kembali Belanda. Pertempuran rakyat dan TNI di Ambarawa pada tanggal 15 Desember 1945 kita kenang dengan sebutan Palagan Ambarawa.
Bagaimana dengan Bandung? Bandung memilih jalan damai –ABCD, Anak Bandung Cinta Damai– meskipun semenjak hari proklamasi Badan Keamanan Rakyat (BKR) dibentuk, menyusul bulan Oktober Laskar Wanita Indonesia (LASWI) didirikan, hingga ke satuan Pelajar Pejuang. Di bidang perjuangan lainnya yaitu jalur diplomasi Oto Iskandar Di Nata memimpin cara damai agar Jepang keluar dari Bandung. Di saat yang sama Sekutu dan NICA juga telah hadir melucuti tentara Jepang dan berusaha menduduki kota Bandung.
Jalur diplomasi ternyata belum tentu disukai semua pihak. Tidak hanya Oto yang dikecam, masyarakat Bandung pun disindir sebagai orang lemah, tak punya semangat revolusi, tak berani mengangkat senjata, dan banyak sindiran lain terutama setelah peristiwa 10 November dan Palagan Ambarawa terjadi.
Perjuangan Oto mengakibatkan Sekutu dan NICA tidak berhasil secara de jure menduduki kota Bandung, namun Si Jalak Harupat malah diculik oleh Laskar Hitam yang kabarnya adalah usaha pihak yang tak suka dengan cara Oto di jaman revolusi tersebut. Musibah lain pun datang, sungai Cikapundung meluap menelan ratusan korban jiwa. Kesempatan ini dipakai oleh Sekutu dan NICA untuk menggempur kota Bandung dan menguasainya di akhir November 1945.
Jalan diplomasi tetap dilakukan, namun corong berani Si Jalak Harupat telah menghilang diculik bersama Residen Priangan, Walikota dan Ketua Komite Nasional Indonesia Priangan.
Tentara Republik Indonesia, Siliwangi, BKR, LASWI dan Pelajar Pejuang beserta rakyat bertahan mempertahankan kota, namun kondisinya semakin parah, hingga akhirnya keadaan semakin terpuruk selama dua bulan berikutnya. Sekutu dan NICA mulai menguasai kota secara de facto. Saat Tentara Republik Indonesia dipaksa menyerah dan meninggalkan kota sejauh radius 11km; Majelis Persatuan Perjuangan Priangan memutuskan untuk membakar kota untuk mencegah Sekutu dan Belanda mempergunakan fasilitas dan instalasi penting.
Kolonel Abdul Haris Nasution sebagai Komandan Divisi III Siliwangi menginstruksikan rakyat untuk mengungsi pada tanggal 24 Maret 1946. Malam harinya bangunan-bangunan penting mulai dibakar dan ditinggalkan mengungsi ke Bandung Selatan oleh sekitar 200.000 warganya. Kota Bandung yang terbakar ini juga disaksikan oleh istrinya Si Jalak Harupat yang masih menunggu kabar kepastian hilangnya sang suami. Warga mengungsi dengan membawa barang seadanya, sebagian mengatur perjalanan ungsian, sebagian menyelamatkan dokumen-dokumen kota, sebagian membakar gedung-gedung penting, bahkan meledakkan bangunan-bangunan besar, hingga instalasi militer pun dihancurkan, salah satunya gudang mesiu yang diledakkan oleh Mohammad Toha yang gugur bersama ledakan. Tengah malam kota Bandung yang terbakar telah ditinggalkan. Menyisakan kenangan perjuangan Bandung Lautan Api.
Peristiwa tersebut dikenang hingga kini. Mars Halo Halo Bandung diciptakan, monumen pun didirikan di lapangan Tegallega. Sineas pun tak luput menjadikan peristiwa tersebut dalam film “Toha Pahlawan Bandung Selatan”, sebuah film karya Usmar Ismail, juga film “Bandung Lautan Api” karya Alam Rengga Surawijaya. Tak ketinggalan penulis puisi W.S. Rendra juga mengabadikan dalam Sajak Seorang Tua tentang Bandung Lautan Api
Tahun lalu, di bulan Juli 2005 seorang warga di jalan Mohamad Toha 236 menemukan tiga bom roket aktif tertimbun dalam tanah. Menurut pihak kepolisian di lokasi tersebut adalah bekas gudang mesiu yang dulu diledakkan oleh Mohamad Toha.
Sayangnya, lapangan luas Tegallega beserta monumen Bandung Lautan Api terkesan kumuh, tidak senyaman plaza Gasibu. Saya sendiri pun masih merasa malas untuk menikmati lapangan dan monumen tersebut dengan kondisi seperti itu.


KEPEDULIAN BANDUNG HERITAGE DALAM MELESTARIKAN SEMANGAT PERJUANGAN BANDUNG LAUTAN API
Peristiwa “Bandung Lautan Api” merupakan suatu rangkaian peristiwa sejarah yang terjadi pada suatu hari di tanggal 24 Maret 1946, dalam waktu tujuh jam sekitar 200.000 penduduk Bandung mengukir  sejarah dengan membakar rumah dan harta benda mereka lalu meninggalkan kota menuju pegunungan di selatan kota Bandung, dan beberapa tahun kemudian lagu “Halo-halo Bandung” ditulis untuk melambangkan emosi mereka, seiring janji akan kembali ke kota tercinta yang telah menjadi Lautan Api.
Dalam rangka memperingati dan mengajak warga Bandung untuk memahami peristiwa “Bandung Lautan Api”, maka sepanjang tahun 1997, Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung (Bandung Heritage) bekerjasama dengan American Express Bank Fondation (AMEX Bank Fondation), membuat “Bandung Lautan Api Heritage Trail” atau “Jejak Perjuangan Bandung Lautan Api”. Dalam membuat jalur ini, telah dibangun 10 stilasi berukuran tinggi sekitar 1,5m. Stilasi ini memiliki tiga sisi yang memberikan informasi tentang peristiwa yang terjadi dilokasi berdirinya stilasi tersebut, yaitu keterangan Pembuat Stilasi (Bandung Heritage) dan (AMEX Bank Fondation), Teks Lagu “Halo-Halo Bandung” sebagai Penanda Stilasi, serta Peta “Bandung Lautan Api Heritage Trail”. “Bandung Lautan Api Heritage Trail” dibuat dari Bandung Utara ke Bandung Selatan, melintasi jalur kereta api dan berakhir di Lapangan Tegallega dengan Tugu “Bandung Lautan Api” yang telah dibangun beberapa tahun sebelumnya.

Sayangnya, hanya setahun setelah jalur ini dibuat, beberapa stilasi telah mengalami kerusakan. Ketika usia jalur semakin bertambah, beberapa stilasi lainnya semakin tidak terawat dan kotor. Demikian halnya dengan Tugu “Bandung Lautan Api”. Sebenarnya “Bandung Lautan Api Heritage Trail” telah diserahkan kepada Pemerintah Kota Bandung, dalam hal pemeliharaan dan perawatan. Namun ketiadaan program yang jelas dari pemerintah kota dalam merawat tugu dan stilasi di Kota Bandung, menyebabkan tugu dan stilasi di Kota Bandung menjadi semakin merana. Sebagai kepedulian Bandung Heritage  Pada tahun 2004 Bandung Heritage mengerahkan angotanya untuk melaksanakan kegiatan Gertak OPSIH Stilasi Bandung Lautan Api. Dengan dana dari sumbangan sukarela dan dengan bekerja sama dengan Camat Regol pada waktu itu dilaksanakanlah pembersihan 10 (sepuluh) stilasi Bandung Lautan Api yang tersebar dibeberapa tempat.

Sekilas Lintas tentang Konsep estetika stilasi Bandung Lautan Api Heritage Trail  
stilasi-BLA
 
Konsep bentuk, bangun dasar dari stilasi Bandung Lautan Api Heritage Trail, adalah prisma tegak, vertical diatas silinder piph, geometris sehigga pandangan keseluruhan menyerupai “TONGGAK atau “PILAR” yang eksak, ditengah bentuk-bentuk yang biasanya complicated dalam ruang urban. Dari kontras yang terjadi, diharapkan stilasi tersebut tumbuh menjadi eksistensi visual yang berarti sesuai dengan misinya sebagai tanda peringatan atau monumen. Teks bentuk “TONGGAK” atau “ PILAR” sangat penting terutama ketika dikaitkan kiranya tidak berlebihan jika stilasi  tersebut kita sebut sebagai `TONGGAK SEJARAH` atau `PILAR SEJARAH`.
Seperti kita pahami berasama, kehadiran stilasi Bandung Lautan Api Heritage Trail, adalah eksistensi sebuah tanda peringatan, ibarat sebuah pintu masuk menuju ruang kesejarahan, patut dirawat dan dipelihara agar benda ini lestari. (Sunaryo).
LOKASI 10 (SEPULUH) STILASI: 
bla1
 
 
 
 
Kantor Berita Domei (Jl. Ir. H. Juanda-Sultan Agung ); teks Proklamasi pertama kali dibaca oleh rakyat Bandung.”…. waktu itu saya sedang praktek luar ke Denki (PLN sekarang). Kebetulan kami melewati pertigaan jalan dago- Sultan Agung, gedung tinggi itu Kantor Berita Jepang, DOMEI. Disitu kami membaca pengumuman proklamasi. Saya masih ingat betul, itu tanggal 17 Agustus persis. Ditulis pada papan pengumuman, dengan kapur putih …” (Kolonel TNI (Purn.)Marcel Mohammad). 
bla2
Gedung Denis (Bank JABAR), Persimpangan Jl. Braga dan Naripan; insiden bendera yang dilakukan oleh E. Karmas dan Moeljono sekitar Oktober 1945. “… sampai diatas, lalu megang tiang bendera, ternyata saya berdua dengan Moeljono. Moeljono berteriak, “Terus, terus naik!” saya bingung. Waktu lihat kebawah, ngeri sekali. Untung saja, bendera terkulai, dan terpegang ujungnya. Moeljono memegang bendera, saya membuka bayonet, lantas bendera Belanda tersebut disobek bagian birunya. Ternyata banyak orang dibawah, saya agak besar hati karena tidak sendiri …” (M.E. Karmas).
bla3
Gedung Asuransi Jiwas Raya (Jl. Asia Afrika); dahulu markas Resimen 8.
“Tanggal 13 Oktober 1945, kurang lebih jam 9.00, pimpinan TKR sedang berapat di Gedung NILMIJ sebelah utara alun-alun. Tak diduga sebelumnya, dating konvoi pasukan komando … sangat disesalkan bahwa kami tidak diberitahu tentang kedatangan mereka … akhirnya kedatangan mereka dicurigai oleh semua badan perjuangan, meskipun mereka mengakui beiitikad baik untuk mengatur kembali Jepang dan membebaskan para tawanan Belanda,” (Kolonel TNI (Purn.) H. Daeng Kosasih Ardiwinata).
bla4
Rumah di Jl. Simpang; tempat perumusan serta diputuskannya pembumihangusan Kota Bandung.” … Kita disini asal bisa tidur, bisa makan. Sementara rapat, rapat, rapat, terus berjalan, membuat rencana. Kita sering berkumpul di Simpangsteeg… ada komandan resimen. Kumpul saja begini. Ada yang duduk diatas. Kita merencanakan disana.” (Kolonel TNI (Purn.) H. Daeng Kosasih Ardiwinata). 



bla5Jalan Oto Iskandardinata-Jalan Kautaman Istri.
” … Keadaan Bandung sudah gawat, orang-orang tua sudah mengungsi ke daerah Selatan. Pemuda-pemudi turut berjuang, apakah itu dapur umum, Palang Merah atau angkat senjata, “ (Hendriati Kuntarsih)




bla6
Rumah dan Markas Kolonel Abdul Haris Nasution (Jl. Dewi Sartika).”… Kantor tempat saya bekerja dulu namanya Regentsweg, persis disamping kabupaten,”  (Jenderal TNI (Purn.) A.H. Nasution) 





bla7
Pertigaan Lengkong dalam – lengkong tengah; tempat tinggal warga Indo-Belanda
“… 6 Desember 1945, Lengkong Besar dibom oleh pesawat Thunderbolt Inggris. Banyak  orang Indo Belanda yang tinggal di daerah ini,” Sungai Cikapundung, saksi bisu musibah banjir.”… waktu itu saya masuk PMI. Cikapundung Banjir besar sekali. Babakan Ciamis, lengkong, Sasak gantung. Kami diserang oleh Inggris, mereka membombardir dari Homann,” (Karman Somawidjaja)
 

bla8Jalan Jembatan Baru; Garis Pertahanan pemuda pejuang saat terjadintya pertempuran lengkong.
“… Saya ingat, pada hari minggu mereka menyerang ke jurusan lengkong. Kami bertahan antara Jembatan Baru dari Jam 8 pagi sampai 2 siang. Kami kalah kuat, ada serangan pesawat Mustang. Malah antara Ciateul-Haji Umar diserang Bom,” (Endang Momo)




bla9
SD ASMI (Jl. Asmi); markas Pemuda Pejuang sebelum Peristiwa Bandung Lautan Api.
”… Markas Pemuda PESINDO dan BBRI berada di Gang Asmi, ya di SD Asmi itulah. Keakraban diantara kami ditunjukan lewat tukar menukar senjata, ‘ (Upin UMri).
 
 
 
 
 
 
 
 
 
bla10
Jalan Mohammad Toha; gedung pemancar NIROM yang digumakan untuk menyebarkan Proklamasi RI ke seluruh Indonesia dan dunia.
”… kemudian Pak Darya menulis surat kabar Bandung, bahwa beliau berhasil menyiarkan lagu Indonesia Raya dan teks Proklamasi sehingga terdengar ke seluruh dunia. Bahkan ada orang Indonesia di Arab yang menyurati beliau, ‘Terima kasih, karena saya tahu dari radio Bandung’ …” (M.E. Karmas).



Karinding, Seni Sunda Yang Menggeliat. Pada awalnya saya mengenal alat musik sunda itu, suling, gamelan, calung, angklung dan kendang. Ternyata masih banyak khazanah kesenian dan alat-alat musik sunda yang beredar tetapi tidak terpublikasi dan tidak diajarkan sewaktu sekolah. Saat ini, ada suatu group musik underground dan lumayan keren yang menggunakan alat musik ini sebagai alat musik utama. yaitu  ‘Karinding Attack”. Karinding sendiri terbuat dari bambu tua dan kering atau dari pelepah aren, alat musik tradisional yang dikategorikan sebagai permainan rakyat ini konon sudah ada di tanah Sunda sejak 300 tahun lalu. Karinding hanya bisa dimainkan dalam satu kunci nada yang dibunyikannya dengan meniup dan menggerakan bagian ujung. 

"Jika hanya kunci F maka F saja, jika kunci G ya G saja," jelas Dedi (42) dari Komunitas Hong dalam workshop karinding di even Bandung Kotaku Hijau, Lapangan Tegallega dari Sabtu-Minggu (2-3/8/2008).
Jika akan memainkan nada lainnya, lanjut Dedi, pemain karinding cukup mengatur pernafasan.

sebenarnya sekarang banyak kelompok Karinding semakin bertebaran. Namun, kebanyakan semua kelompok Karinding kurang mensosialisasikan alat musik yang cukup unik tersebut atau hanya dijadikan suatu hobi saja. namun, ditengah hal tersebut "Karinding Attack" muncull sebagai grup musik yang mensosialisasikan alat musik karinding dan membawa warna baru pada musik tradisional ini. Kerinding Attack menyatukan musik Karinding dengan musik Metal atau cadas. Sehingga timbul suatu musik yang unik yang enak didengar. Karinding Attack sendiri lebih memilih berkolaborasi dengan musik Metal karena background para personilnya yang berasal dari band-band metal yang cukup terkenal di Kota Bandung seperti "Man Jasad". berikut personil dari Karinding Attack:

Iman Zimbot : Toleat, Suling, Voice
Man Jasad : Karinding and voice
Mang Utun : Karinding
Kimung Core : Karinding and Celempung
Ameng GB : Karinding
Hendra : Karinding and Celempung
Okid Gugat : Karinding
Wisnu Jawis : Karinding



gambar karinding

Karinding Attack sendiri sudah tampil dibeberapa even musik di Kota Bandung. Salah satunya ketika pergelaran musik Underground, ‘karinding attack’ menyerang dari sisi lain. Ditengah musik-musik cadas, karinding attack muncul. selain itu karinding attack juga pernah berkolaborasi dengan beberapa band metal. Salahsatunya adalah burgerkill. Ternyata musik tradisional itu tidak selamanya norak dam ketinggalan jaman. tetapi ternyata bisa maju terus dan tetep berkarya di dunia musik Indonesia. Maju terus Karinding Attack! dan Yuuu mari kita ngarinding bareng!! 

http://www.youtube.com/watch?v=5UQ_amKCAWw

Kamis, 18 Agustus 2011

Fakta Sejarah Asal Usul Bahasa-Basa Sunda dan Perkembangannya


Fakta Sejarah Asal Usul Bahasa-Basa Sunda dan Perkembangannya, Bahasa Sunda merupakan bahasa yang diciptakan dan digunakan oleh orang Sunda dalam berbagai keperluan komunikasi kehidupan mereka. Tidak diketahui kapan bahasa ini lahir, tetapi dari bukti tertulis yang merupakan keterangan tertua, berbentuk prasasti berasal dari abad ke-14.
Prasasti dimaksud di temukan di Kawali Ciamis, dan ditulis pada batu alam dengan menggunakan aksara dan Bahasa Sunda (kuno). Diperkirakan prasasti ini ada beberapa buah dan dibuat pada masa pemerintahan Prabu Niskala Wastukancana (1397-1475).
Salah satu teks prasasti tersebut berbunyi "Nihan tapak walar nu siya mulia, tapak inya Prabu Raja Wastu mangadeg di Kuta Kawali, nu mahayuna kadatuan Surawisesa, nu marigi sakuliling dayeuh, nu najur sakala dØ£esa. Ayama nu pandeuri pakena gawe rahayu pakeun heubeul jaya dina buana" (inilah peninggalan mulia, sungguh peninggalan Eyang Prabu Adipati Wastukentjana yang bertakhta di Kota Kawali, yang memperindah keraton Surawisesa, yang membuat parit pertahanan sekeliling ibukota, yang menyejahterakan seluruh negeri. Semoga ada yang datang kemudian membiasakan diri berbuat kebajikan agar lama berjaya di dunia).
Dapat dipastikan bahwa Bahasa Sunda telah digunakan secara lisan oleh masyarakat Sunda jauh sebelum masa itu. Mungkin sekali Bahasa Kwâeun Lun yang disebut oleh Berita Cina dan digunakan sebagai bahasa percakapan di wilayah Nusantara sebelum abad ke-10 pada masyarakat Jawa Barat kiranya adalah Bahasa Sunda (kuno), walaupun tidak diketahui wujudnya.
Bukti penggunaan Bahasa Sunda (kuno) secara tertulis, banyak dijumpai lebih luas dalam bentuk naskah, yang ditulis pada daun (lontar, enau, kelapa, nipah) yang berasal dari zaman abad ke-15 sampai dengan 180. Karena lebih mudah cara menulisnya, maka naskah lebih panjang dari pada prasasti. Sehingga perbendaharaan katanya lebih banyak dan struktur bahasanya pun lebih jelas.
Contoh bahasa Sunda yang ditulis pada naskah adalah sebagai berikut:
  • Berbentuk prosa pada Kropak 630 berjudul Sanghyang Siksa Kandang Karesian (1518) â€Å“Jaga rang hØ£©Ø£©s tamba tunduh, nginum twak tamba hanaang, nyatu tamba ponyo, ulah urang kajongjonan. Yatnakeun maring ku hanteuâ€‌ (Hendaknya kita tidur sekedar penghilang kantuk, minum tuak sekedar penghilang haus, makan sekedar penghilang lapar, janganlah berlebih-lebihan. Ingatlah bila suatu saat kita tidak memiliki apa-apa!)
  • Berbentuk puisi pada Kropak 408 berjudul SØ£©waka Darma (abad ke-16) â€Å“Ini kawih panyaraman, pikawiheun ubar keueung, ngaranna pangwereg darma, ngawangun rasa sorangan, awakaneun sang sisya, nu huning SØ£©waka Darmaâ€‌ (Inilah Kidung nasihat, untuk dikawihkan sebagai obat rasa takut, namanya penggerak darma, untuk membangun rasa pribadi, untuk diamalkan sang siswa, yang paham Sewaka Darma).

Tampak sekali bahwa Bahasa Sunda pada masa itu banyak dimasuki kosakata dan dipengaruhi struktur Bahasa Sanskerta dari India. Setelah masyarakat Sunda mengenal, kemudian menganut Agama Islam, dan menegakkan kekuasaan Agama Islam di Cirebon dan Banten sejak akhir abad ke-16. Hal ini merupakan bukti tertua masuknya kosakata Bahasa Arab ke dalam perbendaharaan kata Bahasa Sunda.
Di dalam naskah itu terdapat 4 kata yang berasal dari Bahasa Arab yaitu duniya, niyat, selam (Islam), dan tinja (istinja). Seiring dengan masuknya Agama Islam kedalam hati dan segala aspek kehidupan masyarakat Sunda, kosa kata Bahasa Arab kian banyak masuk kedalam perbendaharaan kata Bahasa Sunda dan selanjutnya tidak dirasakan lagi sebagai kosakata pinjaman.
Kata-kata masjid, salat, magrib, abdi, dan saum, misalnya telah dirasakan oleh orang Sunda, sebagaimana tercermin pada perbendaharaan bahasanya sendiri. Pengaruh Bahasa Jawa sebagai bahasa tetangga dengan sesungguhnya sudah ada sejak Zaman Kerajaan Sunda, sebagaimana tercermin pada perbendaharaan bahasanya. Paling tidak pada abad ke-11 telah digunakan Bahasa dan Aksara Jawa dalam menuliskan Prasasti Cibadak di Sukabumi. Begitu pula ada sejumlah naskah kuno yang ditemukan di Tatar Sunda ditulis dalam Bahasa Jawa, seperti Siwa Buda, Sanghyang Hayu.
Namun pengaruh Bahasa Jawa dalam kehidupan berbahasa masyarakat Sunda sangat jelas tampak sejak akhir abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-19 sebagai dampak pengaruh Mataram memasuki wilayah ini. Pada masa itu fungsi Bahasa Sunda sebagai bahasa tulisan di kalangan kaum elit terdesak oleh Bahasa Jawa, karena Bahasa Jawa dijadikan bahasa resmi dilingkungan pemerintahan. Selain itu tingkatan bahasa atau Undak Usuk Basa dan kosa kata Jawa masuk pula kedalam Bahasa Sunda mengikuti pola Bahasa Jawa yang disebut Unggah Ungguh Basa.
Dengan penggunaan penggunaan tingkatan bahasa terjadilah stratifikasi social secara nyata. Walaupun begitu Bahasa Sunda tetap digunakan sebagai bahasa lisan, bahasa percakapan sehari-hari masyarakat Sunda. Bahkan di kalangan masyarakat kecil terutama masyarakat pedesaan, fungsi bahasa tulisan dan bahasa Sunda masih tetap keberadaannya, terutama untuk menuliskan karya sastera WAWACAN dengan menggunakan Aksara Pegon.
Sejak pertengahan abad ke 19 Bahasa Sunda mulai digunakan lagi sebagai bahasa tulisan di berbagai tingkat sosial orang Sunda, termasuk penulisan karya sastera. Pada akhir abad ke 19 mulai masuk pengaruh Bahasa Belanda dalam kosakata maupun ejaan menuliskannya dengan aksara Latin sebagai dampak dibukanya sekolah-sekolah bagi rakyat pribumi oleh pemerintah.
Pada awalnya kata BUPATI misalnya, ditulis boepattie seperti ejaan Bahasa Sunda dengan menggunakan Aksara Cacarakan (1860) dan Aksara Latin (1912) yang dibuat oleh orang Belanda. Selanjutnya, masuk pula kosakata Bahasa Belanda ke dalam Bahasa Sunda, seperti sepur, langsam, masinis, buku dan kantor.
Dengan diajarkannya di sekolah-sekolah dan menjadi bahasa komunikasi antar etnis dalam pergaulan masyarakat, Bahasa Melayu juga merasuk dan mempengaruhi Bahasa Sunda. Apalagi setelah dinyatakan sebagai bahasa persatuan dengan nama Bahasa Indonesia pada Tahun 1928. Sejak tahun 1920-an sudah ada keluhan dari para ahli dan pemerhati Bahasa Sunda, bahwa telah terjadi Bahasa Sunda Kamalayon, yaitu Bahasa Sunda bercampur Bahasa Melayu.
Sejak tahun 1950-an keluhan demikian semakin keras karena pemakaian Bahasa Sunda telah bercampur (direumbeuy) dengan Bahasa Indonesia terutama oleh orang-orang Sunda yang menetap di kota-kota besar, seperti Jakarta bahkan Bandung sekalipun. Banyak orang Sunda yang tinggal di kota-kota telah meninggalkan pemakaian Bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari di rumah mereka. Walaupun begitu, tetap muncul pula di kalangan orang Sunda yang dengan gigih memperjuangkan keberadaan dan fungsionalisasi Bahasa Sunda di tengah-tengah masyarakatnya dalam hal ini Sunda dan Jawa Barat. Dengan semakin banyaknya orang dari keluarga atau suku bangsa lain atau etnis lain yang menetap di Tatar Sunda kemudian berbicara dengan Bahasa Sunda dalam pergaulan sehari-harinya. Karena itu, kiranya keberadaan Bahasa Sunda optimis bakal terus berlanjut.
Sumber: Ensiklopedi Sunda

ANGKLUNG MANG UDJO


Saung Angklung Mang Udjo adalah suatu tempat dimana kita bisa menikmati musik angklung tanpa terkesan kuno dan boring. Uniknya nih, tempat ini tidak pernah sepi, buktinya banyak turis asing, turis lokal yang berkunjung disana.
Beginilah suasana di saung Angklung Mang Udjo dikawasan Pada Suka Bandung, Jawa Barat kalau akhir pekan. Padat oleh mereka yang ingin menyaksikan beragam pertunjukkan khas tanah pasundan.
Kalau diperhatikan penontonnya datang dari berbagai kalangan. Ada anak-anak, remaja sampai orangtua, dari dalam dan luar negeri.
Dengan rata-rata dua sampai tiga kali pertunjukkan tiap hari dengan durasi sekitar 2 jam, penonton dibikin hanyut dalam suasana parahyangan. Ada tarian, permainan musik bambu sampai wayang golek.
Nah kalau umumnya pentas wayang golek bisa berjam-jam, disini hanya dimainkan selama beberapa menit. Tapi tetap menampilkan wayang yang penuh aksi.
Saung Angklung Mang Udjo yang didirikan tahun 1967 oleh Udjo Ngalagena dan istrinya Uum Sumiati selain jenis pentas seni bisa dibilang sekarang ini sudah jadi salah satu obyek wisata budaya khas Jawa Barat.
Alunan musik dari bambu yang dimainkan anak-anak asuhan Sanggar Mang Udjo bikin para penonton benar-benar terhibur. Apalagi lagu yang dimainkan selain lagu daerah juga lagu yang banyak dikenal, baik oleh kita maupun turis mancanegara.
Main angklung bersama adalah salah satu acara yang paling ditunggu-tunggu. Pengunjung yang datang bukan hanya penasaran, pingin lihat pertunjukkan Desa Mang Udjo, tapi banyak juga yang ingin bernostalgia.
Seperti Philip, turis asal Belanda yang waktu kecil pernah tinggal di Bandung. Ternyata bermain angklung itu susah-susah gampang, untungnya disini kita tinggal lihat tanda dari dirgen untuk mengoyangkan angklung kita. Dengan bentuknya yang kelihatan sederhana, angklung bisa dikombinasikan dengan berbagai alat musik lain seperti perkusi, gitar sampai drum.
Dan seperti tadi yang sudah didengar, lagu yang dimainkan pun bisa beragam macamnya dari mulai klasik sampai pop. Ngak berasa sudah 2 jam pertunjukkan berjalan. Sebagai penutup biar tambah akrab, teman-teman dari saung Mang Udjo mengajak penonton untuk menari sama-sama. Wah... Desa Angklung Mang Udjo keramahan dan hiburannya benar-benar bikin kita bangga jadi orang Indonesia. (Sup)
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=angklung+mang+udjo&gs_sm=c&gs_upl=28545l31686l0l34672l8l8l0l2l2l1l1335l5906l4-1.0.1.4l6l0&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.&biw=1024&bih=537&um=1&ie=UTF-8&tbm=isch&source=og&sa=N&tab=wi


Kota Bandung

Kota Bandung
Kota KembangParijs Van Java
dan "City Of Heritage"
—  Jawa Nuvola single chevron right.svg Jawa Barat  —
Kota Bandung dilihat dari Cihampelas
Lambang Kota Bandung
Lambang
MottoBermartabat (Bersih, Makmur, Taat, dan Bersahabat)

Kota Bandung
Lokasi Kota Bandung di Pulau Jawa
Koordinat: 6°54′53.08″S 107°36′35.32″E
Negara Indonesia
Hari jadi25 September 1810
Pemerintahan
 - Wali kotaH. Dada Rosada, S.H., M.Si
 - DAURp. 1.005.982.541.000,- (2011)[1]
Luas
 - Total167,67 km2
Zona waktuWIB (UTC+7)
Kode telepon+62 22
SNI 7657:2010BDG
Situs webwww.bandung.go.id
Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus menjadi ibu kota provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggaraJakarta, dan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta danSurabaya menurut jumlah penduduk. Sedangkan wilayah Bandung Raya (Wilayah Metropolitan Bandung) merupakan metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelahJabodetabek dan Gerbangkertosusila (Grebangkertosusilo). Di kota yang bersejarah ini, berdiri sebuah perguruan tinggi teknik pertama di Indonesia (Technische Hoogeschool, sekarang ITB)[2], menjadi ajang pertempuran di masakemerdekaan[3], serta pernah menjadi tempat berlangsungnya Konferensi Asia-Afrika 1955,[4] suatu pertemuan yang menyuarakan semangat anti kolonialisme, bahkan Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru dalam pidatonya mengatakan bahwa Bandung adalah ibu kotanya Asia-Afrika.[5]
Pada tahun 1990 kota Bandung menjadi salah satu kota teraman di duniaberdasarkan survei majalah Time.[6]
Kota kembang merupakan sebutan lain untuk kota ini, dan dahulunya disebut juga dengan Parijs van Java. Selain itu kota Bandung juga dikenal sebagai kota belanja, dengan mall dan factory outlet yang banyak tersebar di kota ini. Dan pada tahun2007British Council menjadikan kota Bandung sebagai pilot project kota terkreatif se-Asia Timur.[7] Saat ini kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan utama.
Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga bentuk morfologi wilayahnya bagaikan sebuah mangkok raksasa,[8] secara geografis kota ini terletak di tengah-tengah provinsi Jawa Barat, serta berada pada ketinggian ±768 m di atas permukaan laut, dengan titik tertinggi di berada di sebelah utara dengan ketinggian 1.050 meter di atas permukaan laut dan sebelah selatan merupakan kawasan rendah dengan ketinggian 675 meter di atas permukaan laut.
Kota Bandung dialiri dua sungai utama, yaitu Sungai Cikapundung dan Sungai Citarum beserta anak-anak sungainya yang pada umumnya mengalir ke arah selatan dan bertemu di Sungai Citarum. Dengan kondisi yang demikian, Bandung selatan sangat rentan terhadap masalah banjir.
Keadaan geologis dan tanah yang ada di kota Bandung dan sekitarnya terbentuk pada zaman kwartier dan mempunyai lapisan tanah alluvial hasil letusan gunung Tangkuban Parahu. Jenis material di bagian utara umumnya merupakan jenis andosol begitu juga pada kawasan dibagian tengah dan barat, sedangkan kawasan dibagian selatan serta timur terdiri atas sebaran jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan tanah liat.
Semetara iklim kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk, dengan suhu rata-rata 23.5 °C, curah hujan rata-rata 200.4 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 21.3 hari per bulan.[9]

Sejarah

Pemandangan jalanan di Bandung (1908)
Kata "Bandung" berasal dari kata bendung atau bendungan karena terbendungnyasungai Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Perahu yang lalu membentuk telaga. Legenda yang diceritakan oleh orang-orang tua di Bandung mengatakan bahwa nama "Bandung" diambil dari sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang diikat berdampingan yang disebut perahu bandung yang digunakan oleh Bupati Bandung, R.A. Wiranatakusumah II, untuk melayari Ci Tarum dalam mencari tempat kedudukan kabupaten yang baru untuk menggantikan ibukota yang lama diDayeuhkolot.
Kota Bandung mulai dijadikan sebagai kawasan pemukiman sejak pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, melalui Gubernur Jenderalnya waktu itu Herman Willem Daendels, mengeluarkan surat keputusan tanggal 25 September 1810 tentang pembangunan sarana dan prasarana untuk kawasan ini. Dikemudian hari peristiwa ini diabadikan sebagai hari jadi kota Bandung.
Kota Bandung secara resmi mendapat status gemeente (kota) dari Gubernur Jenderal J.B. van Heutsz pada tanggal 1 April 1906[11] dengan luas wilayah waktu itu sekitar 900 ha, dan bertambah menjadi 8.000 ha di tahun 1949, sampai terakhir bertambah menjadi luas wilayah saat ini.[12]
Pada masa perang kemerdekaan, pada 24 Maret 1946, sebagian kota ini di bakar oleh para pejuang kemerdekaan sebagai bagian dalam strategi perang waktu itu. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Bandung Lautan Api dan diabadikan dalam lagu Halo-Halo Bandung. Selain itu kota ini kemudian ditinggalkan oleh sebagian penduduknya yang mengungsi ke daerah lain.
Pada tanggal 18 April 1955 di Gedung Merdeka yang dahulu bernama "Concordia" (Jl. Asia Afrika, sekarang), berseberangan dengan Hotel Savoy Homann, diadakan untuk pertama kalinya Konferensi Asia-Afrika yang kemudian kembali KTT Asia-Afrika 2005 diadakan di kota ini pada 19 April-24 April 2005.

Kependudukan

TahunJumlah penduduk
1941226.877
1950644.475
20052.315.895
20062.340.624
20072.364.312
2008
[sunting]
2.390.120
Sejarah kependudukan kota Bandung
Sumber:[13]
Kota Bandung merupakan kota terpadat di Jawa Barat, di mana penduduknya didominasi oleh etnis Sunda, sedangkan etnis Jawa merupakan penduduk minoritas terbesar di kota ini dibandingkan etnis lainnya.
Pertambahan penduduk kota Bandung awalnya berkaitan erat dengan ada sarana transportasi Kereta apiyang dibangun sekitar tahun 1880 yang menghubungkan kota ini dengan Jakarta (sebelumnya bernamaBatavia).[11] Pada tahun 1941 tercatat sebanyak 226.877 jiwa jumlah penduduk kota ini[14] kemudian setelah peristiwa yang dikenal dengan Long March Siliwangi, penduduk kota ini kembali bertambah dimana pada tahun 1950 tercatat jumlah penduduknya sebanyak 644.475 jiwa.[15]